Oleh :
Bambang Harmunan, S.IP.
Buku bacaan atau segala sesuatu yang merupakan bahan bacaan adalah sumber
pengetahuan atau bisa juga dikatakan sebagai jendela wawasan. Hobi membaca
berarti masuk ke dalam wawasan ilmu pengetahuan dan secara tidak langsung
merupakan proses perubahan dinamika pemikiran ke arah pengembangan yang nyata. Membaca
bisa diartikan sebagai menggali ilmu pengetahuan serta merupakan upaya mendidik
dirinya sendiri secara berkesinambungan. Semakin gemar membaca, semakin
tergiring kepada pemikiran yang kritis, kreatif dan produktif serta akan
menjadikan seseorang lebih bijaksana dalam menyikapi sesuatu. Dalam dunia
pendidikan, selain adanya pengajar (tutor), buku bacaan serta gemar membaca
merupakan kesatuan yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan serta sangat
membantu kepada fungsi pendidikan itu sendiri dalam upayanya menghasilkan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Sudah barang tentu dalam hal ini tidak
semua orang mampu mengadakan atau membeli buku-buku bacaan yang diperlukan.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut seiring pentingnya gemar
membaca serta tersedianya buku bacaan, pemerintah baik melalui satuan
pendidikan, organisasi ataupun lembaga-lembaga lainnya berupaya mengadakan
sarana dan prasarana bacaan atau yang disebut dengan perpustakaan. Perpustakaan
adalah koleksi buku bacaan atau segala sesuatu yang merupakaan bacaan, dalam
hal ini bisa berupa buku, majalah dan lain sebagainya. Koleksi buku bisa
dilakukan secara pribadi seseorang, namun secara umum perpustakaan adalah
merupakan koleksi besar yang diadakan atau dibiayai baik oleh pemerintah maupun
institusi lainnya, dengan maksud memberikan kemudahan kepada masyarakat yang
memerlukan informasi pengetahuan khususnya masyarakat yang tidak mampu
mengadakan atau membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri. Adapun dalam
fungsinya sebagai pelayanan terhadap kebutuhan ilmu pengetahuan, perpustakaan
bertujuan agar masyarakat dengan tanpa membedakan umur dapat mengembangkan
kemampuan berfikir yang konstruktif untuk menjadi warga Negara yang baik serta
dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan nasional.
Sejalan dengan
perkembangan dunia teknologi, dimana informasi akan ilmu pengetahuan, hiburan,
rekreasi, religi dan lain sebagainya semakin mendominasi kebutuhan hakiki
manusia, kini perpustakaan tidak hanya sebagai tempat penyimpanan informasi
berupa buku-buku atau bacaan lainnya (book material), akan tetapi juga berupa media
yang lebih canggih seperti tape audio, tape video, map, CD, kaset film
strip, slides, akses
internet dan
lain sebagainya (non-book
material). Adapun di Indonesia sendiri sebagian besar koleksi perpustakaan
masih berupa book material dan masih
jarang yang memiliki koleksi berupa non-book
material. Dengan demikian bisa dikatakan adanya perpustakaan tentunya tidak lepas dari adanya
kebutuhan pengetahuan yang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia. Lalu
bagaimana perpustakaan itu ada?
Dalam sebuah
komunitas sebut saja sebuah Negara, perpustakaan merupakan pengetahuan dari
perkembangan masyarakat. Alur perkembangan masyarakat dari jaman ke jaman
adalah sejarah, di mana pengetahuannya tentu saja tidak terlepas dari peranan
perpustakaan. Oleh karena itu bisa dikatakan sejarah Negara mencerminkan
sejarah perpustakaan. Di Indonesia misalnya, sejarah Indonesia dapat di bagi
menjadi beberapa periode yakni
: 1. Zaman kerajaan lokal;
2. Zaman kerajaan Islam; 3. Zaman Hindia Belanda; 4. Zaman Jepang; 5. Zaman pasca 1945. Dalam periode pasca 1945 secara umum dibagi lagi
menjadi periode 1945-1959, periode 1959-1965 dan periode 1965 ke atas. Pada pembagian di
atas, tahun 1950 merupakan awal rancangan karena pada waktu itu pemerintah RI mulai menyebarkan perpustakaan,
khususnya perpustakaan umum dengan nama Taman Perpustakaan Rakjat ke seluruh indonesia.
Perkembangan perpustakaan umum yang mula-mula menggembirakan itu akhirnya berakhir tragis dengan
runtuhnya berbagai taman pustaka rakjat yang didirikan pada tahun 1950-an.
Tonggak kebangkitan dimulai pada tahun 1969, dengan pembangunan lima tahun
(pelita) pertama. Saat itu, kegiatan perpustakaan tercakup di dalam rencana
pembangunan hingga sekarang.
Kembali kepada
peranan perpustakaan terutama bagi perkembangan dunia pendidikan. Di sekolah-sekolah,
perpustakaan yang terorganisir secara baik dan sistematis, secara langsung
maupun tidak langsung dapat membantu kemudahan bagi proses belajar-mengajar.
Hal ini tentunya sangat berpengaruh kepada kemajuan sekolah itu sendiri, bahkan
secara umum akan sangat bermanfaat bagi perkembangan kehidupan manusia. Oleh
karena itu sekolah dan perpustakaan bisa dikatakan sebagai pasangan yang ideal
untuk sebuah kemajuan pendidikan yang tentunya mengarah kepada peningkatan
sumber daya manusia.
Namun demikian dalam
kenyataan yang ada, keberadaan perpustakaan di beberapa sekolah khususnya
tingkat dasar yang notabene merupakan wadah pendidikan dalam menggalakan
motivasi kepada minat baca sedini mungkin, sepertinya terabaikan. Tidak sedikit
sekolah-sekolah yang tidak memiliki fasilitas perpustakaan dalam arti
perpustakaan seutuhnya yang sesuai dengan tujuannya. Ada buku tidak tersedia
tempat, atau sebaliknya ada tempat tidak lengkap buku-bukunya. Hal ini boleh
jadi mencerminkan kurangnya minat baca, sehingga terkesan keberadaan
perpustakaan tidak terpedulikan. Namun apapun keberadaannya, yang perlu diperhatikan
dalam hal ini adalah bagaimana meningkatkan minat baca masyarakat khususnya
para peserta didik dengan menekankan kepada pentingnya ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia. Jadi lebih mendasarnya bahwa sarana bacaan (perpustakaan)
dan hobi baca adalah kesatuan yang melengkapi upaya peningkatan kualitas hidup
manusia. (Ref.sumber bacaan umum)*****